Analogi "UPIL"
11:18 AM | Author: Rachmat Arifin Mustafa
Kemaren sore waktu pulang kerja, seperti kebanyakan warga jakarta dan sekitarnya, saya dan istri saya masih dijalan antri baris berbaris untuk dapat segera pulang ke rumah....hehe

Karena memang sore itu lg macet2 nya keadaan jalan, sambil nyetir tanpa sengaja jari telunjuk kiri saya mulai bergerilya mengorek-ngorek hidung saya (kebiasaan yg mungkin dianggap buruk oleh orang2)- tapi jujur kegiatan ini sangat mengasikkan bagi saya, apalagi kalau sedang diem gak ada kerjaan..hihihi...

Namanya lagi asyik, gak sadar kalau sedari tadi istri saya ngelihatin, trus menarik tangan saya sambil berkata " a, enak ya ngupil teruss...koroonggg terussss?".....tanpa dosa saya cekikikan saja, hihihihihi....tiba2 dia ngomong "memang ngupil tuh asyik, tapi sebenarnya ya a, ngupil itu suplly & demand loh!" "hah" terperanjat saya "maksudnya ?".....
dengan santai dia menjelaskan....."coba a perhatiin, semakin sering kita ngupil, ngorong terus..semakin banyak pula kan upil (kotoran) di hidung kita ?".." so kalau aa semakin sering ngorong, ya pasti upilnya adaaaaaaaaa terusss..."....xixixixixi, batinku "iya, juga ya ?"...

Tidak berhenti disitu, istriku langsung nyambung..."a, analogi ini bisa loh kita samakan dengan kalau kita ngorek-ngorek keburukan orang lain (atau mungkin pasangan ?" "maksud nya ?" jawab saya..."ya, kalau kita keasyikan/keenakan nyari2 keburukan orang lain atau pasangan kita, ya g bakalan ada habisnya.."....." makanya, jangan buruknya ajah yang di cari2..tapi lihat sisi baiknya, dan syukurin bahwa allah telah menciptakan teman berbagi seperti itu.."...."Glek" saya diam meneruskan konsentrasi saya kejalan, sambil terus memikirkan omongan istri saya "bener Juga" dalam hatiku...

Makasih ya Istriku.......
Why tempe Gemboes ?
10:52 AM | Author: Rachmat Arifin Mustafa
Hihihihi....

Sedikit saya akan mengulas, kenapa saya mengambil judul Tempe Gembus ?...
tentu bagi orang yang tinggal di daerah jawa tengah, pasti tahu apa tempe gembus itu ?..hehe, sebenarnya tempe gembus ini bukan varian dari "tempe dan sejenisnya" tetapi ini juga makanan ringan lauk pauk seperti halnya tempe, hanya saja berbeda bahan bakunya...kalau tempe dari kedelai, sedangkan tempe gembus berbahan dasar "ampas" tahu...hehehe

Iya "ampas Tahu"..dalam memproduksi tahu (entah bagaimana caranya...aku dewe yo gak dong) hehehe, pasti ada ampas nya...yang kata ibuku biasa di buat makanan babi..hiiiiiiiii (serem juga ya?)..tapi beberapa ada yang dikeraskan terus di goreng...nah yang sudah digoreng ini jujur rasanya nikmat..hehehehe (nha ini yang disebut tempe gembus)..

Nah kenapa saya memakai nama makanan untuk judul Blog saya, karena masa kecil sayaibu saya suka sekali memakai makanan ini sebagai lauk..(entah suka, atau karena kepepet ekonomi ya ?)..karena haraganya relatif murah dan juga gurih....
dan sampai sekarang ketika saya pulang kampung mengunjungi ibu saya tercinta, pasti tidak lupa ibu saya menyediakan makanan kesukaan saya ini..terlepas dr ada Gizinya atau nggak..hehehe(tahu sendiri namanya juga ampas tahu..)

Yah saya membuat nama makanan sebagai judul, supaya selalu ingat kepada ibunda saya tercinta yang telah susah payah dg segala keterbatasannya membesarkan dan mendidik kami walau hanya dengan "tempe gembus" hingga saya bisa sebesar ini...makasih ya ibu....

Semoga dg judul ini bisa memberi Inspirasi kepada saya yang sedang memulai belajar menulis, tentang segala sesuatu yang saya lihat maupun rasakan tentang fenomena kehidupan ini.....Mohon bimbingannya kepada senua rekan2...apabila ada kesalahan dalam menulis maupun Etika penulis, jangan sungkan2 untuk mengkritik atau mengkomentari tulisan saya, karena saya pasti akan senang sekali...

Terimakasih...selamat membaca :-)
Amrozi Cs Vs YLBHI
9:43 AM | Author: Rachmat Arifin Mustafa
Hmmmm....

Dalam beberapa pekan ini, mata dan telinga kita lagi banyak2 banyak nya di cekokin oleh media tentang berita masalah AMROZI cs...tentang Eksekusi mati, yang sampai detik ini kurang jelas kapan dilaksanakan ?..

Dibalik berita yang menghebohkan itu, justru ada sesuatu yang menggelitik di hati saya...tentang eksekusi mati ini...(Pro & kontra akan hukuman ini ?)

Sebelumnya masih ingatkah kawan2 beberapa bulan yang lalu, saat Sumiarsih dkk mau dieksekusi mati, Dengan getolnya Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia(YLBHI-red)menolak hukuman Eksekusi mati tersebut dengan dalih Hak Asasi manusia.....Bahkan pentolannya menyatakan sendiri dalam acara debat TV one, yang saya lupa tanggalnya..kalau gak salah namanya AFLIANI...?

Juga pada masa TIBO cs yang akan di eksekusi mati, YLBHI menentang dg keras akan Hukuman tersebut....

hmmmmm... Tapi coba kita tengok sekarang saat ramainya tentang Eksekusi mati Amrozi Cs, apakah salah satu dari mereka(YLBHI) bersuara menentang ?..semua diam seribu bahasa....
Seharusnya kalau mau Objectif mereka (LBH) juga harus menentang eksekusi ini atas ketiganya...

ADA APA INI ?........

Dengan maksud tanpa membeda bedakan SARA, apakah karena mereka(Amrozi Cs)Muslim ?
Apa karena perbedaan kasus ? saya yakin rekan2 juga tahu kasus kekejaman sumiarsih maupun Tibo ?..
Apa karena mereka berani bersuara hanya untuk melawan hegemoni barat yang culas, hipokrit dan kolonialis yang nota bene adalah penyandang dana mereka yang utama?

Kalo benar begitu, sungguh memprihatinkan
Ternyata organisasi sebesar YLBHI pun bisa dibeli....

GLOBAL WARMING ??...andalan YLBHI.....WHAT IS THAT ?.....
Ngumpulke Balung Pisah, reuni, dan kesuksesan....hehe
9:54 AM | Author: Rachmat Arifin Mustafa
Kalau di Tengok seko Judule(gak ada maksud untuk SARA), bagi temen2 yang kebetulan asli Njowo(red-wong jowo) pasti dah tahu maksudnya, tapi bagi temen2 yang orang Indonesia(luar Jowo-red) pasti pada bingung "iki Maksute opo to yo ?..."

Mungkin ada baiknya saya artikan dulu maksud tulisan saya kali ini....
artinya secara harafiah adalah mengumpulkan tulang2 yang berserakan.....bukan saya sok dramatis atau puitis, tapi maksudnya adalah mengumpulkan dan mengontak teman-teman lama agar terus terjaga tali silaturrahim.. :-)....ini adalah hal yang sulit, karena tidak semua teman masih mau menjalin silaturahmi dg "bekas" temen2 seperjuangan dulu...(moga2 bukan temen2 ku...hehe)

Kalau bicara masalah temen lama yang lama pisah, udah barang tentu tidak akan jauh dari yang namanya "reuni"...:-)

Lebaran yang lalu saya menghadiri acara temu kangen dengan teman-teman SMA dulu, di sebuah Cafe punya teman SMA (lebih tepatnya warung pinggir jalan...hehe). Kemasan acaranya pun rodo ndeso, yaitu duduk2 makan2, ngobrol sekaligus halal-bihalal. Lha wong namanya lagi asyik ketemu teman-teman yang 7-an tahun yang lalu pernah se-SMA, maka teman2 yang makan ya silakan makan dan yang pada kangen ya silakan kangen-kangenan.

Beberapa hari yang lalu saya juga menghadiri acara reuni dan halal-bihalal dengan teman-teman sealmamater(UPN) yang tinggal di seputar Jakarta, di sebuah hotel berbintang. Berbeda dengan reuni di kampung, kemasan acara di Jakarta sudah barang tentu lebih berbintang dengan tema yang lebih canggih

Topik utama yang seringkali menjadi menu obrolan saat orang-orang bereuni adalah tema tentang kesuksesan. Siapa yang tidak turut merasa bangga kalau ada teman sekolahnya atau kuliah dulu, sekarang sudah jadi orang. Ada yang jadi pejabat negeri, jadi pengusaha sukses, jadi selebriti terkenal, atau jadi-jadian lainnya.

"Padahal dulu waktu kuliah titip absen terus loh tu anak ?", Kata seorang teman.
"OPo meneh dia, dia itu udah bodoh banget, kurang gaul lagi..."Guyon teman lain.
"Mending, lha si Itu sukanya bikin contekan, dibagi2 lagi.hihihi"..celetuk yang lain

Atau sebaliknya : "Kasihan ya, dulu kan bintang kelas, ranking satu terus, pinter, IP nya juga tinggi, nilainya A semua....". Dan seterusnya, yang kesemuanya dibingkai dalam suasana cengengesan penuh canda dan keakraban.

Ukuran kesuksesan selalu dikaitkan dengan apa yang tampak di luarnya. Jadi apa dia, atau punya apa dia. Kita pun sering terkagum dalam hati menyaksikan kesuksesan teman-teman kita. Tentu, sudah semestinya kita turut merasa bangga dan memberi apresiasi atas pencapaian itu. Bagaimanapun juga, kesuksesan itu adalah buah dari kerja kerasnya.

Namun terkadang saya tidak bisa dan merasa tidak cukup hanya berhenti sampai di situ saja. Ada hal lain yang seringkali menggelitik hati saya. Hal lain yang tidak kasat mata, yang tidak tampak di luarnya, melainkan harus dicari dan digali melalui obrolan dan percakapan. Hal lain inilah, bagi saya adalah juga sebuah kesuksesan.

Dari obrolan dan perbincangan akrab dengan teman lama, akhirnya saya temukan kesuksesan-kesuksesan yang tidak kasat mata itu. Teman yang sewaktu sekolah atau Kuliah dulu kurang gaul itu ternyata sekarang sudah menjadi seorang pengusaha. Bahkan berhasil membantu temannya yang lain yang sedang terpuruk usahanya untuk bangkit lagi.

Teman lain yang dulu suka nyontek dan kini sudah jadi pejabat negeri juga berhasil membantu membuka jalan bagi teman lainnya yang seprana-seprene masih tidak jelas pekerjaannya. Ada juga yang telah berhasil membuka banyak lapangan pekerjaan kecil-kecilan di desanya.

Seorang teman lain yang dulu nduablek setengah mati dan sering dianggap madesu (masa depan suram), lha kok sekarang jadi orang alim. Dulu suka "prek" dengan urusan ibadah, sekarang sering mengingatkan agar jangan lupa bersedekah.

Ada juga teman yang kehidupannya biasa-biasa saja, tapi sering mengintip 40 keluarga tetangganya apakah ada yang kesulitan makan. Ada teman juga yang meski mampu tapi memilih untuk menunda pergi haji karena lebih mementingkan lebih dahulu ingin mengantarkan adik-adiknya menyelesaikan studi hingga bisa hidup mandiri.

Kesuksesan-kesuksesan kecil yang tidak tampak dari luar seperti ini seringkali lebih bisa saya nikmati. Seringkali mampu menjadi penerang hati yang lagi temaram bahkan gelap. Seringkali terasa lebih sejuk dan membangunkan saya dari mimpi.

Kesuksesan yang pertama memang lebih pada ukuran kuantitas, berdimensi duniawi dan karena itu tidak abadi. Jika Sang Empunya Dunia menghendaki, bisa bablasss tak berbekas dalam sekejap, bahkan lebih cepat dari sakit mencret. Sedang kesuksesan yang kedua lebih pada ukuran kualitas, berdimensi akherat dan karena itu lebih hakiki. Kalaupun segera mati, kebaikannya akan terus mengalir tiada henti.

Oleh karena itu, hal yang paling saya sukai dan nikmati ketika berada dalam forum pertemuan dan silaturrahim adalah kalau saya dapat menyibak dan menemukan kesuksesan-kesuksesan kecil yang tidak kasat mata itu. Kesuksesan lahiriah tetap perlu, kesuksesan batiniah lebih perlu. Keduanya perlu dipuji, diapresiasi, diteladani, dihikmahi dan disyukuri.

Tapi sayang, seringkali saya hanya bisa menggunakan otak saya thok. Akibatnya saya lebih sering menerima sinyal SMS alias merasa Senang Melihat (orang lain) Susah atau Susah Melihat (orang lain) Senang. Padahal ketika saya mau menyedekahkan sedikit saja tempat di hati saya......, walah.... hidup berjama’ah di muka bumi ini kok jebulnya yo elok tenan......
Apakah Anda Dibayar Terlalu Murah?
8:52 AM | Author: Rachmat Arifin Mustafa
Salah satu keluhan manusia paling umum adalah tentang betapa murahnya kita dibayar. Keluhan ini muncul terutama ketika surat kenaikan gaji rutin kita terima. Betapa kenaikan take-home-pay itu tidak bisa mengimbangi kenaikan kebutuhan hidup kita. Meskipun komplain itu tidak selamanya jelek. Namun, untuk soal gaji kita perlu bertanya lagi; benarkah kita ini dibayar terlalu murah?
Ada sahabat yang getol mengomel tentang gaji. Suatu kali, kami berkesempatan makan siang setelah sekian lama tidak berjumpa. Komplain itu masih menjadi bagian dari dirinya. Lalu saya bertanya; "Memangnya elo digaji berapa?" Sebuah pertanyaan untung-untungan. Tidak dijawab juga tidak apa-apa.
"Yaaa, sekitar segini lah." Saya terbelalak karena dia begitu terbuka dengan gajinya, dan juga karena menurut hemat saya gajinya sudah tergolong besar untuk ukuran pekerjaan dan jabatan yang dia sandang.
"Pren, elu tahu rata-rata pendapatan orang Indonesia itu hanya sekitar $1,600 setahun. Artinya, cuma sekitar satu setengah juta setiap bulan. Lha, elo sudah lebih dari sepuluh kali lipat dari itu."
"Heh, elo jangan anggap gue pekerja kelas bawah gitu ye. Ya nggak berlaku lah rata-rata pendapatan semua penduduk termasuk kelas pekerja kasar dikampung-kampung dan pelosok desa tuch!" dia menukas dengan nada sengit.
"Oke, oke," saya mengangkat tangan. "Tapi, rata-rata pendapatan orang yang kerja di Jakarta pun cuma sekitar $5,167, Man. Empat setengah jutaan doang." Mata saya tertuju kearah piring. Tapi saya tahu teman saya ini melotot. "Gaji elu masih berkali-kali lipat dari itu."
"Heh, boy, udah gua bilang jangan pake rata-rata dong. Kemampuan gue juga kan diatas rata-rata!" katanya.
"Dan elo juga sudah dibayar jaoooh diatas rata-rata," tangkis saya.
"Ah, susah kali ngomong sama kau tuch!" Saya tidak kaget ketika dia menggebrak meja. Sifat aslinya keluar kalau sedang terdesak. "Orang harus dibayar sesuai dengan kemampuan dan kontribusinya masing-maaaasing!" Gayanya mirip Giant dalam film Dora Emon.
"Wah, kalau yang satu itu gue setuju abis, Man. Masalahnya, elu udah dibayar tinggi, masih komplen juga." Saya bilang. "Atas dasar apa elu merasa pantas mendapatkan bayaran lebih tinggi?"
"Pertama, teman gue." katanya "Diperusahaan lain dibayar lebih tinggi, padahal kemampuan gue nggak kalah dari dia." lanjutnya. "Kedua, gue udah kerja disini lebih dari lima tahun. Maasak, cuma segini-segini doang!"
"Menurut gue," saya meneguk teh botol. "ada satu cara yang lebih objektif untuk menentukan apakah elo dibayar terlalu murah atau tidak."
"Gimana?"
"Caranya," saya berhenti sejenak. "Elu harus menentukan satu hal. Yaitu; kalau elu tidak bekerja diperusahaan manapun, elu bisa mendapatkan penghasilan berapa?" Sesendok sayur bayam masuk kemulut saya. "Nah, kalau elu dibayar dibawah angka itu, maka elu dibayar terlalu murah. Jika tidak, artinya elu sudah mendapatkan bayaran yang layak."
Saya tahu bahwa gagasan ini agak kurang lazim. Tetapi anehnya, meskipun kita tidak puas dengan bayaran yang kita terima, kita masih juga bercokol disitu. Pertanda bahwa sesungguhnya kita tidak memiliki dasar yang kuat untuk menuntut bayaran lebih dari itu. Sebab, jika kita benar-benar memiliki alternatif lain yang jauh lebih baik, tidaklah mungkin kita berdiam diri.
Mungkin, hengkang ketempat lain bisa jadi pilihan. Tidak aneh. Kalau perusahaan pesaing merekrut kita, pastilah mereka bersedia membayar ekstra dimuka. Karena, itu bagian dari strategy persaingan bisnis mereka. Kadang, perusahaan lama melakukan 'buy back' juga. Tapi hal ini tidak selalu bisa menggambarkan kemampuan dan kelayakbayaran kita sebagai individu secara utuh. Sebab, ada 'benchmark' disetiap industry. Artinya, selalu ada saat dimana gaji kita tidak bisa naik lagi kecuali kita layak untuk dipromosi kepada jabatan dan tugas yang lebih tinggi. Makanya, tidak aneh jika ada karyawan yang direkrut dengan bayaran awal yang tinggi, tapi kenaikan gaji berkalanya tak terlalu bermakna.
Sebaliknya, jika kita bisa menentukan; 'berapa pendapatan yang bisa kita hasilkan jika tidak bekerja untuk perusahaan manapun'. Maka kita akan bisa menentukan 'nilai' kita yang sesungguhnya. Misalnya, jika kita bisa menghasilkan 30 juta sebulan, maka kita bisa bernegosiasi dengan manajemen untuk mendapatkan bayaran yang sekurang-kurangnya setara dengan itu. Mengapa kita harus bertahan disana, jika bayarannya jauh lebih rendah dari yang bisa kita hasilkan sendiri? Namun, jika perusahaan sudah membayar kita lebih tinggi dari itu; kita tahu apa artinya itu, bukan?.
Sahabat saya menggugat: "Kalau gua bisa kerja sendiri ngapain gua disini? Dari dulu gua pasti sudah berhenti! Gua disini, karena gua nggak bisa kerja sendiri!" Betul. Disitulah point utamanya. Kita menyandarkan diri kepada perusahaan itu, tanpa ada alternatif lain yang lebih baik. Jika demikian situasinya, bukankah akan lebih baik jika kita berfokus kepada kontribusi yang bisa kita berikan ditempat kerja? Tanpa harus terlebih dahulu berhitung-hitung soal gaji. Sebab, jika kita hanya bisa menjadi karyawan dengan prestasi rata-rata, mengapa perusahaan harus mengistimewakan kita? Sebaliknya, jika memang kita berprestasi sangat tinggi; tidaklah mungkin perusahaan menyia-nyiakan kita. Bahkan, kenaikan gaji 'tidak lazim' mungkin bisa kita terima tanpa terduga. Dan, jikapun perusahaan tempat kerja kita benar-benar menutup mata; masih banyak perusahaan baik yang bersedia mempekerjakan kita, dengan bayaran yang sepantasnya. Asal kita bisa menunjukkan 'siapa sesungguhnya' kita ini.
YANG MUDA BERSUMPAH
4:17 PM | Author: Rachmat Arifin Mustafa
KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA, MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH INDONESIA.

KEDOEA

KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA, MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA.

KETIGA.

BLA….BLA….BLA……BLA……BLA…… BLA….BLA….BLA……BLA……BLA……

Rekan2 semua pasti sudah hapal dengan kalimat2 semenjak masih berseragam MERAH PUTIH (eSDe-red), yang setiap upacara di teriakkan dengan lantang oleh petugas….

Dulu ketika saya juga masih berseragam, ketika mendengar kalimat demi kalimat itu diucapkan, bergetar rasanya dada ini….ckckckckckckckck….(tenane mbul ?))…. J

Serasa kembali ke jaman tahu 1928 ketika anak2 bangsa menggelar konggres pemuda di….?????????? (sory lali..hehehe)

Tetapi dibalik itu semua apakah kawan2 tahu tujuan atau apa sebenarnya arti “SUMPAH” tersebut….?...sejujurnya sampai sekarang saya tidak memahami apa arti sebenarnyA(saya yang dungu, atau memang kondisi bangsa dan pemudanya yang menyebabkan kedunguan saya tentang sumpah pemuda ?)…….

Yang saya tahu Sumpah pemuda itu milik kita dan mengajak kita untuk saling mengerti dan memahami bahwa kita ini “SATU”….Tapi apa yang terjadi dan kita lihat di sekitar kita…….?

mengaku bahwa sumpah pemuda itu milik kita yang berantem dikala team sepakbola saya kalah

mengaku bahwa sumpah pemuda itu milik kita yang selalu mengatakan bahwa golongan dan partai saya paling benar

mengaku bahwa sumpah pemuda itu milik kita yang selalu berfikir sentralistik dan egois

mengaku bahwa sumpah pemuda itu milik kita yang selalu marah dan gampang emosi ketika “REBUTAN” senior-yunior? J

DENGAN SEMUA HAL YANG KITA ALAMI ITU, APAKAH MASIH PANTAS KITA MERAYAKAN SUMPAH PEMUDA ????????.....

Atau kita mau ikut2 tan merayakan cara para “SELEBRITIS MUDA” yang mendadak berlomba2 NYALEG ? yang merasa dENgAN darah mudanya NYALEG (opo aji mumpung ya ? - mbuh lah…)

Atau ala Amrozi cs yang menunggu waktu eksekusi dengan kepercayaan diri sangat tinggi. Semangat "muda"?

Atau ala sinetron Tipi yang selalu menampilkan sosok muda. Bahkan kebablasen, yang memerankan ibune juga jan-jane masih ting-ting. Ibune Alfino (sinetron Yasmin, red) kok seumuran dengan Alfino hehe. Juga sinetron yang lain....; Semangat muda, hampir semua pemain adalah anak muda?

Atau ketika hampir semua kepanitiaan didominasi anak muda, tetapi saat suksesi kepemimpinan, generasi muda yang mau maju malah dianggap kurang berpengalaman. Semangat doank tanpa pengalaman?.....sesuai iklannya salah satu Rokok……HAHAHAHAHA…BUKAN BASA-BASI……..

Atau... ala Syech Puji yang "merayakan" dengan istri "Muda"nya, dengan dalih "kemurnian spirit" menuju tugas sebagai manajer tertentu. Mbuh lah dalihnya apalagi. Tapi dari wajahnya, "rona"nya kok keruh cenderung sak karepe dhewe ya.....(Sopo Sing meh melu2…Om krisna ? mas tyo ?, mas dayat ?.....hehehehe)

MILIK SIAPA SIH SUMPAH PEMUDA ?

KITA YANG NGERASA MUDA ? PEMERINTAH ? RAKYAT ? INDONESIA ?

ATAU HANYA MILIK BUKU2 SEJARAH DAN BUKU PELAJARAN PANCASILA ?

ATAU HANYA MILIK GENERASI 1928 ?

Salam,

Suripun Mustafa

YANG NGERASA MUDA DAN INGIN BERJAYA…. J

PANTAT GC TERCINTA KU YANG REMUK…HIK..HIK
9:50 AM | Author: Rachmat Arifin Mustafa

Pagi itu, seperti biasa jam 07.30 saya, grandy, sama istri tercinta sudah melewati crowded nya tol JKT-TNG ketika mau berangkat kerja ,

Nah, ketika nyampai di Tomang, ngeliat lampu nya ijo, langsung deh tuh nafsu pembalap gw naik, injek pedal gas…..mbummmm….tiba2 seper sekian detik, polkis di depan nyetop ane dg tangan sok tahunya…..otomatis rem mendadak dong…..padahal green light masih nyala…..

eee CRV di belakang gw nyium pantat grandy tercinta….DUARRRR…..(kena deh pantat gw..eh grandy gw)
langsung deh tuh suara ngebangunin putri cantik yang lg duduk di sebelah ane…..hihihi…

hmmmmmmm…dg muka merah padam minggir deh tuh si CRV dan di ikutin Grandy tunggangan gw…..debat sana-sini dan akhirna sepokat tuh driver CRV mau ganti rugi sampai beres…..hehehe…

Tapi yang bikin gw sebel, grandy gw jd gak cantik lagee deh……..pagi yang menyebalkan…….hmmm masih nungguin sampai brp haree ya ? grandy gw beres ?……GRANDYYYY….OH GRANDYYYYY

DALAM 7 HARI YANG TELAH LALU DAN MUNGKIN AKAN TERULANG
9:44 AM | Author: Rachmat Arifin Mustafa

Hari per-1, tahajudku tetinggal
Dan aku begitu sibuk
akan duniaku
Hingga zuhurku, kuselesaikan saat ashar mulai memanggil
Dan
sorenya kulewati saja masjid yang mengumandangkan azan magrib
Dengan niat
kulakukan bersama isya itupun terlaksana setelah acara tv
selesai

Hari ke-2, tahajudku tertinggal lagi
Dan hal yang sama aku lakukan
sebagaimana hari pertama

Hari ke-3 aku lalai lagi akan tahujudku

Temanku memberi hadiah novel best seller yang lebih dr 200 hlmn
Dalam
waktu tidak 1 hari aku telah selesai membacanya
Tapi… enggan sekali aku
membaca Al-qur’an walau cuma 1 juzz
Al-qur’an yg 114 surat, hanya 1,2 surat
yang kuhapal itupun dengan
terbata-bata
Tapi… ketika temanku bertanya
ttg novel tadi betapa mudah dan lancarnya
aku menceritakan

Hari ke-4
kembali aku lalai lagi akan tahajudku
Sorenya aku datang keselatan Jakarta
dengan niat mengaji
Tapi kubiarkan ustazdku yang sedang mengajarkan kebaikan

Kubiarkan ustadzku yang sedang mengajarkan lebih luas tentang agamaku

Aku lebih suka mencari bahan obrolan dengan teman

yg ada disamping
kiri & kananku
Padahal bada magrib tadi betapa sulitnya aku merangkai

Kata-kata untuk kupanjatkan saat berdoa

Hari ke-5 kembali aku lupa
akan tahajudku
Kupilih shaf paling belakang dan aku mengeluh

saat
imam sholat jum’at kelamaan bacaannya
Padahal betapa dekat jaraknya aku
dengan televisi dan betapa nikmat,
serunya
saat perpanjangan waktu sepak
bola favoritku tadi malam

Hari ke-6 aku semakin lupa akan tahajudku

Kuhabiskan waktu di mall & bioskop bersama teman2ku
Demi memuaskan
nafsu mata & perutku sampai puluhan ribu tak terasa keluar
Aku lupa..
waktu diperempatan lampu merah tadi
Saat wanita tua mengetuk kaca mobilku

Hanya uang dua ratus rupiah kuberikan itupun tanpa menoleh

Hari ke-7
bukan hanya tahajudku tapi shubuhkupun tertinggal
Aku bermalas2an ditempat
tidurku menghabiskan waktu
Selang beberapa saat dihari ke-7 itu juga
Aku
tersentak kaget mendengar khabar temanku kini
Telah terbungkus kain kafan
padahal baru tadi malam aku bersamanya
& ¾ malam tadi dia dengan
misscallnya mengingat aku ttg tahajud

kematian kenapa aku baru gemetar
mendengarnya?
Padahal dari dulu sayap2nya selalu mengelilingiku dan
Dia
bisa hinggap kapanpun dia mau

¼ abad lebih aku lalai….
Dari hari
ke hari, bulan dan tahun
Yang wajib jarang aku lakukan apalagi yang sunah

Kurang mensyukuri walaupun KAU tak pernah meminta
Berkata kuno akan
nasehat ke-2 orang tuaku
Padahal keringat & airmatanya telah terlanjur
menetes demi aku

Tuhan andai ini merupakan satu titik hidayah

Walaupun imanku belum seujung kuku hitam

Aku hanya ingin detik ini
hingga nafasku yang saat nanti tersisa
Tahajud dan sholatku meninggalkan
bekas
Saat aku melipat sajadahku…..

Tulisan pertamaku (GKBI 09:45)
9:35 AM | Author: Rachmat Arifin Mustafa
Hari ini, aku mulai latihan tulis menulis di my first Blog...

Walaupun telat...semoga tulisan2 ku bisa di baca dan di mengerti..walah..apa coba maksudnya....